
Sumber Foto : https://www.terasinfo.id/
Oleh : Manjilala, S.Gz, M.Gizi
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kota Makassar tengah menjadi sorotan. Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar berencana mengganti menu MBG dengan hidangan lokal seperti coto, pallumara, dan pallu ce’la. Langkah ini dinilai dapat meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap program ini, karena menu tradisional lebih akrab di lidah warga. Namun, apakah menu seperti pallu ce’la benar-benar cocok untuk semua kelompok umur, terutama siswa SD, SMP, dan SMA?
Keunggulan Menu Tradisional Lokal
Mengadopsi menu lokal seperti coto, pallumara, dan pallu ce’la dalam program MBG tentu memiliki banyak keunggulan. Hidangan ini kaya akan cita rasa dan mencerminkan kearifan lokal masyarakat Makassar. Contohnya:
- Coto Makassar: Berbahan dasar daging sapi, ayam atau tempe yang kaya protein.
- Pallumara: Hidangan ikan berbumbu kuning yang kaya akan omega-3, baik untuk kesehatan otak dan jantung.
- Pallu ce’la: Hidangan ikan khas Makassar yang dikenal dengan rasa asin yang kuat karena penggunaan garam yang melimpah.
Pemkot Makassar juga dapat mendukung ekonomi lokal dengan mengadopsi bahan baku yang dihasilkan oleh peternak dan nelayan setempat. Namun, saat menu ini ditujukan untuk sasaran Program MBG, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, terutama terkait kandungan gizi dan kesesuaiannya untuk kelompok usia tersebut.
Mengapa Pallu ce’la Kurang Cocok untuk sasaran Program MBG?
Pallu ce’la, yang terbuat dari ikan dan dimasak dengan garam dalam jumlah cukup banyak, memiliki beberapa kelemahan bila disajikan untuk siswa SD, SMP, dan SMA:
- Kandungan Garam Tinggi
- Anak usia sekolah memiliki kebutuhan natrium yang lebih rendah dibandingkan orang dewasa. Konsumsi makanan tinggi garam dapat memengaruhi kesehatan mereka dalam jangka panjang, seperti meningkatkan risiko hipertensi sejak dini.
- Fungsi ginjal pada anak usia sekolah juga dapat terbebani oleh kadar garam yang tinggi.
- Sensitivitas Terhadap Rasa
- Anak-anak cenderung lebih sensitif terhadap rasa asin. Jika terbiasa dengan makanan tinggi garam, mereka berisiko mengembangkan kebiasaan makan yang kurang sehat di kemudian hari.
- Alternatif Rasa yang Lebih Seimbang
- Pallu ce’la dapat dimodifikasi dengan mengurangi jumlah garam dan menambahkan rempah-rempah seperti kunyit, jahe, atau daun salam untuk menggantikan rasa tanpa menambah kadar natrium.
Modifikasi Menu Pallu ce’la agar Lebih Sehat
Jika Pemkot tetap ingin menyajikan pallu ce’la dalam program MBG, berikut beberapa langkah modifikasi yang dapat dilakukan:
- Kurangi Penggunaan Garam: Gunakan garam dalam takaran minimal atau gantikan dengan garam rendah natrium.
- Tambahkan Sayuran: Campurkan sayuran seperti wortel, tomat, atau labu untuk memperkaya kandungan gizi dan mengurangi dominasi rasa asin.
- Tekstur yang Ramah Anak Sekolah: Pastikan ikan dimasak hingga mudah dikunyah dan sesuai dengan preferensi usia siswa.
Pilihan Menu Alternatif untuk Anak Sekolah
Selain pallu ce’la, Pemkot dapat mempertimbangkan menu ikan lain yang lebih sehat untuk sasaran Program MBG, seperti:
- Pallumara: Ikan berbumbu kuning ini kaya protein dan omega-3, dengan rasa yang lebih ringan.
- Sup Ikan Segar: Mirip pallu ce’la, tetapi menggunakan bumbu yang lebih ringan dan tanpa garam berlebihan.
- Pepes Ikan: Hidangan yang dimasak dengan daun pisang dan rempah, tanpa minyak dan rendah garam.
Kunci Sukses Program MBG dengan Menu Lokal
Penerapan menu tradisional dalam program MBG harus tetap memperhatikan prinsip gizi seimbang. Menu utama seperti coto, pallumara, atau pallu ce’la perlu dilengkapi dengan karbohidrat (nasi, jagung, singkong, ubi jalar), sayuran segar, dan buah sebagai pelengkap. Selain itu, variasi menu mingguan juga penting untuk menghindari kebosanan dan memastikan kebutuhan gizi terpenuhi.
Program makan bergizi seperti ini memiliki potensi besar untuk meningkatkan status gizi masyarakat, terutama siswa SD, SMP, dan SMA. Dengan sedikit penyesuaian, menu tradisional dapat menjadi solusi inovatif yang sehat sekaligus mendukung budaya lokal.