
Oleh : Manjilala, S.Gz, M.Gizi
Saluran cerna memainkan peran vital dalam mencerna makanan, menyerap nutrisi, dan membuang sisa pencernaan. Sebagai salah satu sistem tubuh yang sangat kompleks, saluran cerna meliputi mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, hingga anus. Gangguan pada saluran cerna dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang, terutama ketika melibatkan saluran cerna bagian atas. Dalam artikel ini, kami akan membahas secara mendalam berbagai penyakit saluran cerna atas, gejala, penyebab, serta panduan diet yang dapat membantu proses penyembuhan.
Apa Itu Saluran Cerna Atas?
Saluran cerna atas mencakup mulut, esofagus, dan lambung. Bagian ini memiliki peran penting dalam proses mekanis dan kimiawi pencernaan. Ketika terjadi gangguan pada saluran cerna atas, dampaknya sering kali signifikan terhadap asupan makanan dan toleransi tubuh terhadap tekstur maupun jenis makanan tertentu. Gejala seperti kehilangan nafsu makan, rasa kenyang yang cepat, kesulitan mengunyah atau menelan, mual, muntah, serta sensasi terbakar di dada adalah tanda umum masalah saluran cerna atas.
Gangguan ini dapat menyebabkan kondisi seperti penurunan berat badan, aspirasi pneumonia, bahkan diare. Oleh karena itu, memahami jenis penyakit dan pengelolaan diet yang tepat menjadi kunci dalam mempertahankan kesehatan saluran cerna atas.
Jenis Penyakit Saluran Cerna Atas
1. Gastroesofageal Reflux Disease (GERD)
GERD adalah refluks abnormal dari isi lambung (pepsin, asam, dan empedu) ke esofagus yang disebabkan oleh kelemahan sfingter esofagus bagian bawah. Faktor risiko meliputi:
- Hiatal hernia
- Skleroderma
- Obesitas
- Kehamilan
- Penyakit hormon seperti Zollinger-Ellison
Gejala GERD meliputi sensasi panas di dada, regurgitasi, serta iritasi esofagus yang diperburuk oleh posisi berbaring atau membungkuk.
2. Disfagia
Disfagia adalah gangguan fungsi menelan yang dapat terjadi akibat:
- Gangguan sistem saraf
- Penyakit degeneratif
- Trauma pasca-intubasi
Gangguan ini memengaruhi tiga fase menelan: oral, faring, dan esofagus. Pasien disfagia sering membutuhkan asesmen lanjutan dari terapis wicara untuk menentukan strategi makan yang aman.
3. Dispepsia
Dispepsia adalah ketidaknyamanan pada perut bagian atas yang sering kali muncul setelah makan. Kondisi ini disebabkan oleh:
- Gastritis
- Refluks esofagus
- Ulkus peptikum
- Penyakit kantung empedu
Gejala meliputi kembung, rasa nyeri, serta penurunan nafsu makan.
4. Gastritis dan Ulkus Peptikum
Gastritis dan ulkus peptikum terjadi akibat infeksi Helicobacter pylori, penggunaan obat NSAID jangka panjang, atau konsumsi alkohol. Gastritis akut ditandai dengan mual, muntah, dan sakit pada area epigastrium. Jika tidak ditangani, dapat berkembang menjadi kondisi kronis, bahkan anemia pernisiosa. Sementara itu, ulkus peptikum merujuk pada luka akibat kerusakan mekanisme pertahanan mukosa lambung.
5. Gastroparesis
Gastroparesis adalah kondisi di mana pengosongan lambung berlangsung lambat. Penyebabnya meliputi diabetes, infeksi viral, atau komplikasi pasca-operasi. Gejala termasuk rasa kenyang yang cepat, mual, muntah, dan perut terasa penuh.
Tujuan Diet untuk Penyakit Saluran Cerna Atas
Pengelolaan diet yang baik dapat membantu mempercepat pemulihan dan mencegah komplikasi. Berikut adalah tujuan utama diet untuk penyakit saluran cerna atas:
- Mengurangi tekanan pada lambung dan mencegah refluks.
- Menghindari iritasi pada esofagus akibat keasaman lambung.
- Menjaga asupan nutrisi yang cukup tanpa memperberat kerja lambung.
- Mengurangi risiko aspirasi atau tersedak.
Syarat dan Prinsip Diet
Diet untuk pasien dengan penyakit saluran cerna atas memiliki beberapa syarat dan prinsip penting:
- Penyesuaian Kalori:
- Diet tinggi kalori dan protein untuk pasien dengan status gizi kurang.
- Diet rendah kalori untuk pasien obesitas.
- Protein:
- Protein normal hingga tinggi bergantung pada kebutuhan dan kondisi pasien.
- Lemak Rendah:
- Asupan lemak dibatasi hingga 10-15% dari total kebutuhan energi.
- Serat Rendah:
- Terutama serat tidak larut air, yang dapat ditingkatkan secara bertahap.
- Cairan:
- Asupan cairan cukup, terutama jika pasien mengalami muntah.
- Hindari Pemicu Iritasi Lambung:
- Makanan berbumbu tajam, kafein, alkohol, cokelat, dan makanan asam.
- Postur dan Pola Makan:
- Makan dengan porsi kecil tetapi sering.
- Hindari tidur segera setelah makan.
Tahapan Diet Berdasarkan Kondisi
1. Diet untuk Disfagia
Diet disfagia dibagi menjadi tiga level berdasarkan tekstur makanan:
- Level 1: Makanan pureed (halus).
- Level 2: Makanan lunak yang mudah dikunyah.
- Level 3: Makanan mendekati tekstur normal, kecuali yang keras atau lengket.
2. Diet Pasca-Hematemesis Melena
Diet ini diberikan untuk pasien setelah fase akut perdarahan:
- Fase awal: Makanan cair jernih selama 1-2 hari.
- Fase lanjutan: Diet lambung lunak yang tidak merangsang saluran cerna.
Contoh Pola Makan dan Menu Harian
Berikut adalah contoh menu harian untuk pasien dengan penyakit saluran cerna atas:
Sarapan:
- Nasi tim
- Telur rebus
- Sayuran kukus
- Gula pasir secukupnya
Camilan Pagi:
- Bubur maizena
- Susu rendah laktosa
Makan Siang:
- Nasi putih
- Daging tanpa lemak
- Tempe kukus
- Pepaya matang
Camilan Sore:
- Roti lembut dengan margarin
- Susu
Makan Malam:
- Nasi tim
- Ayam rebus
- Tahu kukus
- Sayur bening
Nilai gizi total:
- Energi: 1904 kkal
- Protein: 78 g
- Lemak: 64 g
- Karbohidrat: 251 g
Kesimpulan
Pengelolaan penyakit saluran cerna atas membutuhkan pendekatan holistik yang mencakup penanganan medis dan pengaturan diet yang tepat. Dengan mematuhi panduan diet yang sesuai, pasien dapat mengurangi gejala, mempercepat pemulihan, dan meningkatkan kualitas hidup. Pastikan untuk berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi untuk rekomendasi diet yang lebih spesifik sesuai kondisi Anda.
Referensi :
Suharyati, dkk. 2019. Penuntun Diet dan Terapi Gizi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Nurjaya, N., & Candriasih, P. (2021). Proses asuhan gizi terstandar pada pasien dispepsia di Paviliun Seroja RSUD Undata Palu. Scientific Health Journal of Nutrition, 2(1). Retrieved from jurnal.poltekkespalu.ac.id
Yusminingrum, W. T., & Widajati, E. (2019). Gambaran asuhan gizi pada pasien sirosis hepatis dengan hematemesis melena di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Saiful Anwar Malang. Jurnal Informasi Kesehatan Indonesia, 5(2). Retrieved from ojs.poltekkes-malang.ac.id
Rini, D. A. (2021). Asuhan gizi pada hiperemesis gravidarum. Journal of Nutrition and Health, 3(1). Retrieved from ejournal.undip.ac.id